Skala Pengukuran Variabel
Skala Pengukuran Variabel
Pada umumnya, skala pengukuran variabel terbagi dalam
empat kategori besar, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan
skala rasio.
1. Skala
Nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang
paling rendah tingkatannya dan hanya bisa digunakan untuk klasifikasi
kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya dapat
diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari
karekateristik lainnya, tetapi kita tidak dapat mengukur atau bahkan
mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan
bahwa jenis kelamin kedua orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya
lagi laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi
kita tidak bisa mengukur dan mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang
“kurang” dari kualitas yang diwakili oleh variabel tersebut. Kita hanya bisa
memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya angka 0 untuk
perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar.
Kode di sana hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak
menunjukkan urutan atau kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi
atau lebih baik di banding 0.
Operator
aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=”
atau “≠”.
Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan
peringkat dari objek yang kita ukur. Dalam hal ini kita bisa mengatakan A
“lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A, namun kita tidak
bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B. Dengan demikian, batas
satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat
dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih
rendah daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa
perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai tersebut. Contoh umum variabel
ordinal adalah status sosial ekonomi keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa
kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial ekonominya dibanding kelas
menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa lebihnya atau
mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian
simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan
karakteristik antar objek juga sudah menetukan urutan peringkat dari objek
tersebut.
3. Skala
Interval
Variabe ini tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan,
mengurutkan peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan
membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu,
yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval.
Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40
derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20
derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan
perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa
pada skala interval, selain kita bisa membedakan (mengkategorikan), mengurutkan
nilainya, juga bisa di hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak atau
intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan antara kedua nilai pada skala
interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan perbedaan pada skala
ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50
derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan
35. Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk
skala ordinal, tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematik,
oleh karena batas-batas variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka
nolnya tidak absolut).
4. Skala
Rasio
Variabel rasio sangat mirip dengan
variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel
interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga
memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingandi antara kedua
nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah berat, tinggi,
panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat
B =35 kg, Berat C = 0 kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita
bisa mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat C = 0 kg, artinya C tidak
mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0 menunjukkan
nilai 0 mutlak. Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala
interval dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut
mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa berupa skala interval
tapi bisa juga skala rasio, tergantung pada skala pengukuran yang digunakan.
Apabila kita menggunakan skala Celcius atau Fahrenheit, termasuk skala
interval, sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio.
Mengapa? Karena suhu 0 derajat Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan
bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi daripada suhu 100 derajat, tetapi kita juga
sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali lebih tinggi.